Menjadi Moeda yang Pancasila

Negara Indonesia adalah negara yang besar.  Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, para pendiri menyadari bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa daerah, serta agama yang berbada-bada. Dengan keanekaragaman tersebut, mengharuskan setiap langkah dan kebijakan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diarahkan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa (Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012).

Di dalam bait lagu kebangsaan Indonesia Raya, seluruh masyarakat Indonesia mengumandangkan kalimat “Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku”. Jika ditelaah, maka manakah yang dinamakan tanah airku dan tanah tumpah darahku? Menurut geopolitik, maka indonesialah  tanah air kita. Indonesia yang bulat. Bukan jawa saja, buka sumatera saja, bukan kalimantan saja, atua Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah swt. Menjadi suatu keatuan antara dua benua dan dua samudera. Itulah tanah air dan tanah tumpah darah kita (Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bermegara, 2012 : 159).

Indonesia adalah negara yang berideologikan Pancasila. Pancasila merupakan salah satu dari empat pilar kebangsaaan yang berperan penting dalam menjaga Indonesia. Empat pilar itu diantaranya: Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Empat piar ini merupakan tonggak terbesar yang membangun negara kita yakni Indonesia. Tanpaa adanya pilar ini Indosia tidak akan bisa berdiri kokoh seperti sekarang ketika badai globalisasi dan perubahan zaman menerjang.

Di zaman sekarang, menjadi moeda yang pancasila harus mengenal Empat Pilar Kebangsaan. Empat Pilar kebangsaan ini sangat asing didengar oleh telinga pra pemuda sekarang ini oleh karena itu peru diadakannya sosialisasi. Soosialisasi nilai-nilai Empat Piilar adalah untuk mengingatkan dan menyegarkan kembali komitmen seluruh komponen bangsa agar pelaksanaan dan penyelenggaraan kkehidupan berbangsa dan bernegara selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka mewujudkan Negara indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

“Dari Sabang sampai meuroke berjajar pulau-pulau” Itu merupakan salah satu kalimat dari lagu kebangsaan yang ada di Indonesia. Total seluruh jumlah pulau yang ada di Indonesia adalah 17.504 pulau. Setiap pulau memiliki berbagai bahasa, suku bangsa dan adat kebiasaan. Jumlah masyarakatnya pun ratusan bahkan rbuan masyarakat yang mayoritas adalah pemuda.

Pemuda adalah harapan bangsa kedepannya, maju mundurnya suatu bangsa tergantung kepada pemudanya, hancur makmur suatu bangsa juga tergantung kepada pemudanya, bahkan hidup mati suatu negara juga tergantung kepada pemudanya. Secara tidak langsung pemuda diibaratkan sebagai tulang punggung suatu negara. Ir. Soekarrno mengatakan bahwa “pemuda adalah tulang punggungnya negara, sedangkan pemudi adalah suntingnya negara”. Pemuda juga dapat kita ibaratkan sebagai sebuah hati di dalam tubuh kita, jika  benda kecil yang bernama hati itu bagus maka baguslah seluruuh tubuh kita, begitu juga sebaliknnya jika hati itu buruk maka buruklah seluruh tubuh kita, begitu juga layaknya pemuda di dalam sebuah bangsa dan negara.

Pemuda yang diharapkan bangsa dan agama adalah pemuda yang pancasila. Kenapa demikian? Ketika pemuda telah tertanam di dalam dirinya pancasila maka secara tidak langsung ia akan menjadi pemuda yang taat kepada agamanya sesuai dengan sila pertama, akan menjadi pemuda yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sesuai dengan sila kedua, akan menjadi pemuda yang bersatu dan tidak mudah pecah sesuai dengan sila ketiga, ekan menjadi pemuda yang merakyat atau selalu berbaur dengan rakyat atau masyarakat lainnya, dan akan menjadi pemuda yang adil dalam mengambil tindakan dalam keseharian sesuai dengan sila kelima.

Dalam sebuah pidatomua Ir. Soekarno mengatakan “berikan kepadaku seribu orang tua, akan kucabut semeru sampai ke akar-akarnya atau berikan sepuluh pemuda, maka  akan ku goncangkan dunia”. Pemuda dalam pidato soekarno ini bukanlah pemuda sembarang pemuda. Pemuda yang dibutuhkaan adalah pemuda yang kuat, pemuda yang mau berjuang untuk negri, pemuda yang tidak kenal lelah dan pemuda yang tertanam dirinya Pancasila.

Menjadi moeda yang pancasila merupakan hal yang tidak begitu sulit ketika adanya keinginan, tetapi akan menjadi sulit ketika tidak adanya keingin. Keinginan ini pun didasari oleh adanya kesadaran betapa pentingnya seorang pemuda di dalam sebuah negara. Timbulnya kesadaran tidaklah mudah, ketika seorang pemuda masih apatis, ketika seorang pemuda masih acuh tak acuh, tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.

Keluarga akan menjadi pendidik utama ketika seoarang anak tumbuh menjadi pemuda yang siap mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara. Selain itu, teman-teman, lingkungan, masyarakat, dan organisasi-organisasi juga mempengaruhi seorang anak ketika hendak menjadi pemuda. Ketika semua yang mempengaruhi tersebut memberikan efek positif maka pemuda yang berlandaskan pancasila bukanlah hal yang sulit untuk dicapai.

Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Bangsa Indonesia tidak hanya ditandai oleh perbadaan-perbadaan horizontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun juga  terdapat perbadaan vertikal, berupa capaiian yang diperoleh melalui prestai para pemuda. (Empat Pilar kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012: 198).

Prestasi para pemuda tidak terpaku pada hal yang berbau formal, tetapi menyebar ke hal yang berbau non formal. Prestasi formal bisa didapatkan ketika pemuda berada di bangku sekolah maupun perkuliahan, sedangkan prestasi non formal bisa pemuda dapatkan ketika berinterkasi dengan masyarakat. Salah satu cara untuk menjadi mooeda yang pancasila yaitu dengan mengmbangkan prestasi yang dimiliki. Setiap pemuda memiliki kelebihan masing-masing, tergantung mau kemana ia bawa kelebihannya tersebut. Kelebihan itu merupakan hal yang harus dipertahankan, karna kelebihan itu akan segera punah ketika pemda tidak peduli akan dirinya, ke;;uarganya, serta bangsanya yang disebabkan oleh pengaruh budaya luar daan markanya narkoba.

Author:

menyukai pemandangan dan bertekad untuk melanjutkan kuliah keluar negeri

2 thoughts on “Menjadi Moeda yang Pancasila

Leave a comment